Senin, Februari 09, 2009

Taktik Syaikh Usamah Menghancurkan Ekonomi amerika (Part 2)

Semua kehancuran yang terjadi di Amerika terjadi karena perang, berikut beberapa contohnya:
Pertama, membiayai perang dengan hutang adalah hal yang sangat ampuh menghancurkan perekonomian Amerika. Tidak ada yang tahu seberapa besar hutang Amerika, namun yang jelas penyelenggaraan perang membuat hutang nasional Amerika berlipat ganda dari yang 5 triliun dolar menjadi 10 triliun Dolar Amerika, dan beberapa triliun lagi yang sekarang sedang akan dipinjam oleh Amerika.

Sebuah pemerintahan yang menyelenggarakan perang akan sangat membutuhkan dukungan politik. Dan untuk memperoleh dukungan politik itu, pemerintah perlu menyelenggarakan beberapa program yang menghabiskan milyaran dolar dan tentunya hal ini jauh sekali dari memakmurkan warga Amerika. Oleh karenanya Amerika seringkali disebut negara yang perangnya sejahtera (warfare-welfare state). Kesejahteraan dimulai di Jerman pada abad ke 19 ketika Bismarck mencari dukungan yang banyak untuk menyokong kekuatan militernya yang beresiko tinggi. Disinilah spekulasi itu dimulai.

Kedua, kehancuran di Iraq, dan ancaman Bush yang tiada hentinya akan pemboman Iran, yang bisa saja melumpuhkan Selat Hormuz, yang membuat harga minyak membumbung tinggi, dan kemudian meluluh lantakkan kesejahteraan dunia. Dan masih saja, Syaikh Bin Laden mungkin belum bisa membayangkan biaya besar yang tak terhindarkan untuk membayar spekulasi tersebut, dan Bush tidak akan mengeluarkan minyak dari cadangan minyak yang mungkin bisa menghancurkan harganya, karena dia ingin menyimpannya sebagai cadangan untuk perang melawan Iran. Kemudian kehancuran berikutnya yang berkaitan dengan harga minyak adalah pembeli minyak asing terbesar yaitu para pengusaha Amerika sendiri mengalami kebangkrutan dan tak mampu membeli minyak yang mereka butuhkan sehingga banyak diantara mereka yang bisnisnya merugi. Padahal, bisnis-bisnis ini adalah salah satu sumber keuangan Amerika untuk membiayai perang dan membayar hutang yang kian menumpuk.

Ketiga, perhatian Washington terserap semua untuk membicarakan masalah perang, sehingga hanya tersisa sedikit waktu dan tenaga untuk membicarakan permasalahan dalam negeri seperti memperdebatkan solusi untuk mereformasi pasar uang. Siapapun yang merasa bahwa uang Negara sebaiknya tidak digunakan untuk perang akan dianggap sebagai orang yang tidak patriotis. Kebohongan demi kebohongan adalah bagian dari perang, dan hal inipun menghancurkan kepercayaan warga terhadap pimpinan mereka saking seringnya berita kebohongan pemimpin itu diekspos. Dengan terdiskreditkannya pimpinan Negara Amerika, maka pasar uang Amerika pun akan hancur dalam waktu sekejap.

us_troops

Keempat adalah penggabungan beracun dari kelompok neokonservatif dan para fundamentalis religius. Orang-orang neokonservatif adalah kaum akademisi di Washington yang bermimpi untuk mengatur dunia. Mereka menganggap diri mereka sebagai 'penyokong dana' yang mampu menyediakan daya listrik yang besar karena mereka menganggap Amerika sedang melakukan 'amanah' dari Tuhan yakni sebagai Negara yang memberi 'kehangatan' dan 'kenyamanan' hidup bagi negara-negara lain. Para ekstrimis menginginkan adanya kebrutalan terjadi di Timur Tengah supaya bisa 'mempercepat' rencana Tuhan untuk kejadian Armageddon. Padahal, mereka bukannya membantu rencana Tuhan, namun membantu rencana dari Syaikh Usamah.

Kelima, perang akan menyebabkan defisit yang besar seperti yang dijelaskan dalam operasi utama Keynes, yaitu melepaskan diri sejauh-jauhnya untuk meninggalkan keterpurukan ekonomi. Peperangan seolah-olah akan menimbulkan bom ekonomi yang akhirnya melahirkan kesejahteraan, padahal mereka akan kehilangan sumber daya dan keuangan yang teramat sangat besar. Lebih dari 200 juta dolar dikeluarkan untuk membeli pesawat perang, 1,000 dolar sehari untuk membayar tentara, korupsi besar-besaran dan ketidakbecusan para militer yang sering terjadi di medan pertempuran membuat mereka benar-benar akan hancur. Bahkan Syaikh Usamah mungkin belum tahu jika dampaknya akan sedahsyat ini.

Sebetulnya semua hal ini sudah nampak bagi para kritikus perang, namun mereka tidak bisa menguak semua ini karena adanya administrasi kekuatan dan kebohongan Bush.

Editor John Feffer memprediksikan konsekuensi perang yang dimulai sejak tahun 2002:

oil-industries"Realisasi dari strategi rahasia milik bin Laden ini tidak akan berujung dengan sebuah tembakan, namun sebuah rengekan. Setelah mengalami kegagalan untuk menggunakan unipolar momen ini untuk memanfaatkan dunia, Amerika malah mengikuti jejak Rusia, Inggris, dan Turki semuanya adalah kerajaan yang hancur karena ulah tangan mereka sendiri. Dalam scenario yang terburuk, Amerika akan menjadi orang sakit yang terdampar di benua Amerika bagian utara, sebuah korban dari hipertropi militer yang sangat ekstrim dalam mendapatkan kekayaan dan akhirnya mengalami kesengsaraan yang juga ekstrim, mengalami kehancuran dalam hal infrastruktur, dan kehilangan keberuntungan di bidang ekonomi."

Setidaknya orang-orang sudah mengetahui bahwa Washington 'telah berhasil' dalam hal pencegahan terjadinya serangan-serangan pada tanah mereka. Mungkin memang tidak lagi terjadi penyerangan ke Amerika namun alasan logis tidak adanya penyerangan ke tanah mereka dimuat oleh editor majalah Foreign Policy yang ditulis oleh seorang peneliti yang bernama Laura Garcés:

"Namun siapapun bisa berspekulasi bahwa Osama bin Laden tidak lagi memiliki alasan untuk repot-repot melakukan penyerangan ke Amerika karena apa yang dicita-citakannya sudah tercapai: milyaran dolar sudah dikeluarkan oleh Amerika untuk melaksanakan perang, banyak fasilitas yang terabaikan, hilangnya ribuan turis yang biasanya memadati bandara. Kehancuran dan kebangkrutan adalah hal yang diincar oleh Osama, dan ketakutan adalah hal yang ingin dia masukkan ke dalam hati-hati para musuhnya. Adakah yang masih ragu tentang kesuksesan Osama?" (isq/far)

Diterjemahkan dari tulisan Jon Basil Utley, dengan disunting seperlunya tanpa mengurangi makna.

Tidak ada komentar: