Sabtu, April 11, 2009

BOIKOT ISRAEL OLEH PARLEMEN 15 NEGARA


SABILI-Mereka berasal dari Maroko, Libya, Aljazair, Iran, Irak, Suriah, Libanon, Yaman, dan delegasi "Parlemen Uni Arab" dan mereka keluar dari ruangan membawa gambar korban syahid, semenara sebelum mereka, 6 negara sebelum sudah melakukannya sebelum sambutan Israel disampaikan
Addis Ababa –Dr. Ahmed Bahar ketua Dewan Legislatif Palestina berdiri di depan perwakilan 155 negara internasional dalam pertemuan ke 120 "Uni Parlemen Internasional" yang diselenggarakan di Ethiopia minggu ini dengan mengatakan,

"Kami atas nama keluarga korban anak-anak Gaza Palestina yang gugur di tangan Israel dengan menggunakan bom-bom fosfor yang dilarang oleh dunia internasional, kami mengumumkan biokot kami terhadap sambutan dari delegasi Israel,”

Ketua Dewan Legislatif dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan dari Ethiopia kemarin Selasa malam (74) yang salinannya di terima oleh Infopalestina bahwa pada saat itu, wakil dari 8 negara mengangkat foto-foto anak-anak Gaza korban kekejaman Israel.

Mereka berasal dari Maroko, Libya, Aljazair, Iran, Irak, Suriah, Libanon, Yaman, dan delegasi "Parlemen Uni Arab" dan mereka keluar dari ruangan membawa gambar korban syahid, semenara sebelum mereka, 6 negara sebelum sudah melakukannya sebelum sambutan Israel disampaikan.

Hal ini membuat pihak pembicara dari Zionis Israel kelabakan dan merespon dengan mengatakan, “Saya terkejut dengan keberadaan gerakan Hamas. Ia menyebutnya sebagai gerakan teroris. Namun delegasi dari Suriah, Dr. Salman Hadddad membalas dengan mengatakan,: “Bahwa "Hamas" adalah gerakan perlawanan Palestina yang dipilih oleh rakyat Palestina, dan mewakili bangsa Arab dan Islam, sementara "Israel" adalah negara terorisme, yang melakukan pembunuhan sistematis,”

Namun para anggota dari PLO yang menjadi peserta dalam pertemuan dan menjadi delegasi Palestina menolak keluar. Mereka adalah: Taisir Qaba’ah, ketua delegasi dan Wakil Presiden Palestina di Dewan Nasional, Azzam al-Ahmad, Jamil Majdalawi, Zuheir Sundoqah, Abdullah Abdullah, Rabihah Diab, Qais Abdul Karim "Abu Laila" dan Rawya Shawa.

Di sisi lain, seorang juru bicara Zionis Israel, Silvan Shalom mengatakan, Israel untuk menarik diri (walk out) dari Uni Parlemen Internasional dan meminta kepada Negara-negara lainnya untuk menarik diri. Namun tidak ada satu negarapun yang menyambut seruan ini. Si Silvan kemudian keluar dari ruangan dengan bingung, sementara delegasi-delegasi parlemen internasional yang memberikan solidaritas kepada Palestina kembali ke ruang konferensi dengan bersatu.

Di sisi lain, anggota legislatif Palestina Dr. Marwan Abu Ras menilai bahwa sikap di atas adalah ekspresi kehendak dari rakyat Palestina dan bangsa Arab dan serta Negara Muslim yang memiliki kebebasan melawan kekejaman Israel. Sehingga eksperimen ini harus menjadi contoh dalam melakukan perlawanan terhadap Israel.

Abu Ras mengatakan, apa yang terjadi merupakan kemenangan rakyat Palestina di forum penting seperti di Uni Internasional Parlemen. Ia mengtakan, "Kami telah melihat respon dan pemahaman dari berbagai Negara yang positif dari sikap Palestina ini sebagai respon yang tepat terhadap kejahatan Israel. Penolakan Negara-negara untuk walk out dari ruangan parlemen dari seruan Israel merupakan bukti dunia sudah dibuang oleh dunia. “

Dr. Ahmed Bahar sebelumnya meminta dalam pertemuan delegasi-delegasi Arab dan Negara Islam yang tergabung dalam Uni Parlemen Internasional untuk mengusir Israel dari organisasi tersebut, melakukan boikot pidatonya di depan konferensi, dan mendorong dibuat pasal blokade Gaza dalam agenda Konferensi, untuk menjelaskan kondisi kemanusiaan, dan dampak perang di Jalur Gaza.

Menurut Iyad Al-Qara Penasihat media Dewan Legislatif Palestina, partisipasi Dr. Ahmed Bahar dan Dr Marwan Abu Ras sebagai delegasi Palestina dalam pertemuan itu adalah atas undangan resmi di Mr. Salim Zanoun ketua Dewan Nasional Palestina untuk berpartisipasi dalam delegasi. Setelah dilakukan proses oleh Uni Parlemen Internasional mereka diizinkan untuk mengikuti itu.

Al-Qara menambahkan bahwa delegasi Dewan Legislatif Palestina berupaya melakukan upaya sekuat tenaga untuk menuntut pengusiran dari Zionist "Internasional Parlemen Union dan memboikot sambutannya. Seruan itu disambut oleh 9 negara dan sebelmnya sejumlah Negara menyambutnya

ISLAMABAD SIAP SIAGA

Pihak pemerintah Pakistan telah meningkatkan pengamanan di berbagai lokasi setelah pimpinan mujahidin Taliban setempat mengumumkan pihaknya siap menguasai Islamabad.

Kemanan menutup beberapa sekolah secara diam-diam serta meminta berbagai kedutaan untuk melarang berbagai aktivitas stafnya, Jum'at 10 April.

Penutupan kelas yang tidak diumumkan ini membuat para orang tua juga para mahasiswa ketika mereka mengetahui bahwa pintu sekolah/kampus yang mereka datangi tertutup. Personil keamanan pun telah disebarkan di semua kawasan pendidikan di Islamabad.

Nematullah Kundi, seorang pejabat kepolisian Pakistan mengatakan bahwa kepolisian Pakistan tengah menyatakan status kewaspadaan tingkat tinggi dan telah melakukan pengamanan lebih terhadap kedutaan-kedutaan besar dan area di dekat gedung parlemen, yang telah ditetapkan sebagai "zona merah".

Sementara itu, kedutaan besar AS mengatakan layanan konsular rutin pun ikut ditutup di ibu kota Pakistan pada Jumat (10/4) karena kondisi keamanan semakin menegang.

"Kami menasehati staf kedutaan besar menghindari rumah makan, hotel, pusat berbelanja dan tempat publik lain," kata juru bicara kedutaan besar AS Lou Fintor.

Pihak keamanan melakukan pemeriksaan berdasarkan laporan bahwa Taliban menarik diri dari kesepakatan damai di wilayah barat laut dan perjuangan Taliban telah mendekati Islamabad.

Para mujahidin yang sangat mengecam dan menentang keputusan pemerintah Pakistan yang memihak Amerika Serikat dalam perangnya 'melawan teror' telah melakukan serangkaian pemboman dan serangan lainnya di Pakistan.

Mullah Nazeer Ahmed, salah satu komandan tertinggi taliban Pakistan menyatakan bahwa kekuatan mujahidin makin hari makin bertambah dan jika tentara AS menyerang mujahidin maka, merekapun segera mencapai Islamabad.

Faksi-faksi Taliban Pakistan telah bersatu dan akan membawa perang menuju ibukota, kata Mullah Nazir."Hari itu tidak akan lama lagi ketika Islamabad sudah berada di tangan Mujahidin".

Mullah Nazir mengatakan jika tentara Pakistan telah mengirimkan mata-mata untuk memberitahu lokasi pejuang Taliban kepada Amerika agar Amerika bisa menembakkan rudal-rudalnya selama ini dengan pesawat tak berawaknya, dan pemerintah Pakistan telah menyesatkan publik Pakistan dengan mengatakan serangan itu yang melakukan hanya Amerika saja dan Pakistan tidak terlibat.

Sejumlah mujahidin Taliban telah memasuki kota Buner dari Lembah Swat, Buner adalah sebuah distrik di barat laut Islamabad.

Israr Bacha, seorang pejabat polisi lokal mengatakan sekitar 20 kendaran Taliban telah memasuki Buner hari Senin (6/4). Bahkan seorang analis senior keamanan Pakistan Talat Masood, mengatakan Taliban bisa dengan mudah menyelinap masuk ke Ibukota.

Situasi Semakin Memanas

Sebagaimana situasi di Afghanistan dan perbatasan yang semakin memanas, berbagai misil yang diluncunrkan agresor AS pun semakin meningkat melalui pesawat tak berawak miliknya. Terutama dikonsentrasikan di daerah perbatasan, dimana mujahidin begitu memegang kendali di daerah ini. Bahkan beberapa serangan yang diakui oleh Baitullah Mehsud sudah mencapai Lahore, yakni terhadap sebuah akademi kepolisian.
Presiden AS Barack Obama dalam strategi barunya sudah meletakkan Pakistan sebagai pusat perjuangan melawan Taliban dan Al-Qaeda.

Kekhawatiran terhadap bangkitnya kekuatan para mujahidin ini menyebabkan Obama mempropagandakan Al-Qaeda dan sekutunya sebagai kanker yang menggerogoti tubuh Pakistan dari di dalam dan memperingatkan bahwa Pakistan harus membuktikan janjinya untuk menyingkirkan para mujahidin dari atas tanah Pakistan.

TALIBAN PAKISTAN MENUNTUT PENGESAHAN SYARIAH OLEH PEMERINTAH

NTWF (Arrahmah.com) - Pemimpin kelompok pro Taliban menolak berbicara dengan pemerintah Pakistan sampai Presiden Zardari mau mengesahkan usulan mereka mengenai penegakan syariah Islam.

Sufi Mohammad, pemimpin Tehrik-i-Nifaz-i-Shariat-i-Muhammadi (TNSM) mengatakan pada Jumat (10/4) bahwa pihaknya tidak akan mau mengadakan pembicaraan langsung dengan perwakilan pemerintah hingga Presiden Asif Ali Zardari memberikan lampu hijau bagi regulasi Nizam-i-Adl (Syariah) hingga 20 April mendatang di Pakistan sebelah barat daya dan lembah Swat.

Mohammad mengatakan, komite TNSM selama berbicara dengan Kementrian Informasi Provinsi North West Frontier (NWFP), Afrasiyab Khattak telah menghasilkan kesepakatan syariah antara lima orang dewan TNSM dengan delegasi pemerintah, namun pemerintah federal tidak menghormati komitmen tersebut.

Delegasi TNSM bertemu dengan Khattak setelah Sufi Mohammad menolah mengadakan pembicaraan langsung dengan tim pemerintah dari Islamabad.

Sufi telah lebih dulu mempelopori kesepakatan dengan pejabat provinsi di Peshawar ibukota Provinsi North West Frontier (NWFP). Kesepakatan damai ini mendesak pemerintah untuk melaksanakan sistem hukum yang pernah ditegakkan Taliban di divisi Malakand, yang terdiri dari Swat dan beberapa daerah gabungan lainnya.

Para mujahidin telah mengatur administrasi paralel dengan kehakiman, pajak, kepolisian, dan pengawasan di wilayah yang bermasalah.

Menteri senior wilayah barat laut Pakistan, Iftikhar Hussain, mengatakan bahwa presiden seharusnya menandatangani kesepakatan damai Swat secepat mungkin. Hussain juga menambahkan bahwa pemerintahan provinsinya telah berhasil mengadakan pembicaraan dengan pemimpin TNSM.

Juru bicara TNSM, Izzat Khan, telah memperingatkan pemerintah agar lebih bertanggung jawab terhadap situasi penundaan penandatanganan kesepakatan damai tersebut.

Kamis, April 09, 2009

MUJAHIDIN TALIBAN SEMAKIN MENDEKATI ISLAMABAD


Setelah berhasil menegakan syariat Islam di Lembah Swat dan diterima oleh masyarakatnya disana, kini Mujahidin Thaliban semakin mendekati ibukota Pakistan, Islamabad. Pada hari Ahad kemarin, Taliban mengirim 100 pejuangnya ke distrik Buner yang bertetangga dengan Swat, kemudian membicarakan penerapan syariah ini dengan ketua-ketua suku. "Taliban mengatakan mereka akan terus berada di Buner sampai ketua suku distrik ini dan ketua Taliban melakukan pembicaraan" kelompok lokal Taliban yang berada di distrik Buner ini adalah TSNM /Tehrik-e-Nifaz-e-Shariat-e-Mohammed (Gerakan Penegak Syariat Muhammad).

TSNM adalah salah satu kelompok pendukung Taliban yang melakukan pembicaraan tentang penerapan syariah dengan pemerintah Pakistan di Malakand. Perjanjian dengan pemerintah itu meliputi daerah distrik Swat, Shangla, Kohistan, Buner, Dir dan Chitral. Isi perjanjiannya adalah untuk diterapkannya syariah di daerah itu dan diakhirinya operasi militer tentara Pakistan. TSNM diketuai oleh Sufi Muhammad, mertua dari Mullah Fazlullah, katua Taliban di Swat.

Taliban mengatakan kedatangan mereka ke Buner ini adalah misi damai. Mereka tidak bermaksud menyakiti warga Buner, ditambahkan Taliban datang untuk mengadakan perjanjian damai dengan penduduk, laporan Daily Times.

Pejabat lokal mengonfirmasikan pada Rabu (8/4) bahwa benar para mujahidin telah memasuki wilayah kota dan bertempur dengan personil polisi Pakistan di beberapa bagian di distrik Buner.

Pakistan telah berhasil menguasai Lembah Swat dan menjalankan aturan Islam di wilayah tersebut. Lembah Swat berada sekitar 160 km dari Islamabad.

Taliban mengaku bahwa serangan-serangan yang terjadi di Pakistan yang menargetkan tentara kafir AS dan para sekutunya adalah balasan untuk serangan misil AS yang selalu ditembakkan ke wilayah suku di Pakistan dan membunuh warga sipil yang tidak berdosa.

Taliban telah berkali-kali memperingatkan Pakistan bahwa mereka akan melakukan "sesuatu" di ibukota Pakistan jika Pakistan terus-menerus memerangi Taliban dan mendukung "perang melawan teror" yang dilancarkan AS.

Walau kini tercatat terdapat sekitar 70.000 pasukan kafir di Afghanistan, namun jumlah tersebut tidak menyurutkan semangat para mujahidin untuk terus bertempur menghabisi mereka. Terbukti, mujahidin dari hari ke hari semakin menguat dan kekuatan mereka telah terbentuk hingga ke perbatasan.

Jika di Afghanistan, mujahidin Taliban berkonsentrasi menghabisi tentara-tentara kafir setiap harinya, maka di Pakistan, para mujahidin melakukan penyerangan terhadap konvoy kendaraan yang membawa logistik untuk tentara-tentara teroris antek AS di Afghanistan.

Semakin menguatnya mujahidin Taliban di Afghanistan dan Pakistan membuat AS gerah, dan mencari-cari strategi terbaru untuk melawan mereka, termasuk melakukan hal-hal licik dengan berniat membayar kepala-kepala suku di pedalaman Pakistan untuk membantu AS. AS juga telah merangkul teman-teman baru untuk bergabung dalam perang di Afghanistan, salah satunya Rusia.

FIR'AUN AMERIKA MEMINTA PAKISTAN MEMBATALKAN PENERAPAN SYARIAT ISLAM DI SWAT

Pihak agresor AS dilaporkan meminta Pakistan untuk membatalkan perjanjian di Lembah Swat mengenai pelaksanaan syariah Islam.

Mereka khawatir hal ini akan semakin menguatkan posisi para pejuang.

"Richard Holbrooke dan Laksamana Michael Mullen membuat permintaan ini selama pertemuan mereka dengan PM Yousaf Raza Gilani dan Panglima AD Jendral Perves Ashfaq kyini," kata seorang pejabat di Deplu Pakistan yang enggan menyebutkan namanya.

Holbrooke dan Mullen mengadakan pembicaraan dengan pejabat Pakistan dalam dua hari ini, kali pertama sejak Barack Obama meluncurkan strategi barunya mengenai perang di Afghanistan.

Pemerintah Pakistan sebelumnya telah mengumumkan pelaksanaan syariah Islam di lembah swat dan beberapa distrik di provinsi Barat laut Pakistan (NWFP) Ahad 16 Februari lalu. Pengumuman ini adalah salah satu bagian perjanjian dengan kelompok Taliban setempat.

Tak jauh beda dengan utusannya di Afghanistan dan Pakistan, Menhan AS Robert Gates juga telah mengajak sekutunya di pemerintahan Pakistan untuk membatalkan perjanjian tersebut.

"Kami telah meyakinkan tentang kepedulian kami kepada pemimpin Pakistan dan kami harap mereka segera membatalkan perjanjian Swat dengan menerima permintaan kami.

Pejabat kementrian Luar Negeri Pakistan tadi juga menyampaikan keengganan Gilani dan Kyani mengenai keberatan AS tentang perjanjian di Swat.

Gilani mengatakan kepada utusan AS tersebut bahwa penerapan syariah Islam tidak hanya permintaan Taliban dalam perjanjian tersebut, namun juga merupakan permintaan penduduk Swat sendiri yang telah memperjuangkannya sejak tahun 1988.

Swat sendiri adalah daerah independen yang telah menerapkan hukum syariah sampai tahun 1970, sebelum dianeksasi/dicaplok oleh Pakistan oleh pemerintahan militer Jendral Yahya Khan yang berkuasa kala itu.

Maulana Sufi Muhammad, pimpinan pejuang lokal yang pro Taliban, Tehrik Nifaz-e-Shari’ah Mohammadi (TNSM), memberikan respon mengenai permintaan agresor AS tersebut.

"Saya tidak paham mengapa Amerika campur tangan mengenai masalah ini?"

Menurutnya, apa yang dilakukan Amerika justru akan membawa masalah lain.

"Tekanan AS ditujukan untuk melibatkan penduduk Swat dan pemerintah Pakistan dalam pertempuran baru," terangnya.

"Jika pemerintah Pakistan tunduk pada tekanan Amerika dalam masalah ini, maka tidak ada jaminan lagi kedamaian di sini."

CALON PELAKU BOM SYAHID TERMUDA

Anak ini sekarang berada dibalik jeruji besi di sebuah penjara paling ketat penjagaannya. Abdullah, 11 tahun masih bisa tertawa sambil menceritakan kisahnya. Tertangkap saat membawa peledak, dia menjadi tersangka calon pelaku bom Syahid termuda di Afghanistan dan menjadi narapidana termuda.

Dalam wawancaranya dengan jurnalis Bill Nelly, Abdullah mengatakan sudah menguasai persenjataan. Dia bisa melucuti senjata, mengisi dan menembakkan Kalashnikov. Ketika ditanya nama aslinya dia hanya menjawab singkat, "Abdullah". Abdullah seorang yatim piatu dan saat ini belum lagi baligh.

Namun, di madrasah Abdullah sudah mempelajari prinsip-prinsip Jihad - perang suci.Setelah pagi membaca Al Qur'an, siangnya belajar menggunakan pistol dan Kalashnikov, belajar tentang orang-orang asing yang mendatangi negeri Muslim, hukum membunuh wanita dan anak-anak.

Ditanya kenapa bisa tertangkap saat membawa bom, dia bercerita saat itu sedang tamasya dengan sepupunya dari sekolahnya di Peshawar Pakistan. Saat itu dia sedang berjalan dengan beberapa orang melewati sebuah gunung menuju Afghanistan. Dia disuruh menggunakan jaket berukuran besar yang didalamnya berisi peledak.

Setelah tertangkap Abdullah dibawa ke penjara Intelligence Service Kabul.

Wartawan itu kemudian bertanya: "bagaimana rasanya menjadi seorang pelaku bom?"

Abdullah menjawab,bahwa "saya tahu saya akan hancur berkeping-keping". Namun dia juga tahu perbedaan antara bunuh diri dan perintah Allah dan suatu pengorbanan. Kamu meledakkan dirimu untuk membunuh orang-orang kafir yang akan membunuh saudara-saduaramu, kata Abdullah.

Belum jelas apa yang akan terjadi pada Abdullah, namun pemerintah dikabarkan akan mengembalikan Abdullah ke Pakistan kembali ke sekolahnya.

Abdullah akan mempunyai sedikit cerita untuk diceritakan kepada teman-temannya tentang perjalanannya hingga masuk penjara, dan Abdullah akan memulai lagi pelajaran sehari-harinya yaitu mempelajari menggunakan Kalashnikovnya, dan siap untuk mempertahankan Islam.

Sumber: Muslimdaily